C. ELEMEN-ELEMEN KOMUNIKASI MASSA
Elemen
komunikasi pada komunikasi secara umum juga berlaku bagi komunikasi massa. Secara
ringkas proses sederhana komunikasi meliputi komunikator mengirimkan pesan
melalui saluran kepada komunikan (penerima). Perbedaan komunikasi massa dengan
komunikasi pada umumnya lebih berdasarkan pada jumlah pesan berlipat-lipat yang
sampai pada penerima. Dalam komunikasi massa pengirim sering disebut sebagai
sumber (source) atau komunikator,
sedangkan penerima pesan yang berjumlah banyak disebut audience, komunikan, pendengar, pemirsa, penonton, atau pembaca. Sementara
itu, saluran dalam komunikasi massa yang dimaksud lain televisi, radio, surat
kabar, buku, film, kaset/CD, dan internet juga sering disebut sebagai media
massa.
Komunikator
di sini meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur, dan staf teknis yang
berkaitan dengan sebuah acara televisi. Jadi, komunikator merupakan gabungan
dari berbagai individu dalam sebuah lembaga media massa. Dalam sebuah media
cetak yang namanya komunikator antara lain reporter, copyeditor, fotografer, dan yang lain yang sedikit banyak ikut
menentukan proses penyiaran. Individu bisa menjadi kekuatan dominan, tetapi tim
khusus, sejumlah staf ahli merupakan komunikator dalam komunikasi massa.
Dengan
demikian, komunikator dalam media massa bukan individu, tetapi sekumpulan orang
yang bekerja sama satu sama lain. Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh
komunikator dalam komunikasi massa. Hiebert, Ungurait, dan Bohn (HUB) pernah
mengemukakan setidak-tidaknya lima karakteristik:
- Daya saing (competitiveness),
- Ukuran dan kompleksitas (size and complexity),
- Industrialisasi (industrialization),
- Spesalisasi (specialization),
- Perwakilan (representation).
Masing-masing
media massa mempunyai kebijakan sendiri-sendiri dalam pengelolaan isinya. Sebab,
masing-masing media melayani masyarakat yang beragam juga menyangkut individu
atau kelompok sosial. Bagi Ray Eldon Hiebert dkk (1985) isi media setidak-tidaknya
bisa dibagi ke dalam lima kategori yakni:
- Berita dan informasi,
- Analisis dan interpretasi,
- Pendidikan dan sosialisasi,
- Hubungan masyarakat dan persuasi,
- Iklan dan bentuk penjualan lain,
- Hiburan.
Audience yang
dimaksud dalam komunikasi massa sangat beragam, dari jutaan penonton televisi,
ribuan pembaca buku, majalah, koran atau jurnal ilmiah. Masing-masing audience berbeda satu sama lain di antaranya dalam hal
berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman, dan
orientasi hidupnya. Akan tetapi, masing-masing individu bisa saling mereaksi
pesan yang diterimanya.
Menurut
Hiebert dan kawan-kawan, audience dalam
komunikasi massa setidak-tidaknya mempunyai lima karakteristik sebagai berikut:
- Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial di antara mereka. Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan seleksi kesadaran.
- Audience cenderung besar. Besar disini berarti tersebar ke berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa.
- Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial. Beberapa media tertentu mempunyai sasaran, tetapi heterogenitasnya juga tetap ada.
- Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain.
- Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator.
Ada
dua umpan balik (feedback) dalam
komunikasi, yakni umpan balik langsung (immediated
feedback) dan tidak langsung (delayed
feedback). Umpan balik langsung terjadi jika komunikator dan komunikan
berhadapan langsung atau ada kemungkinan bisa berbicara langsung. Umpan balik
secara tidak langsung, misalnya bisa ditunjukkan dalam letter to the editor/surat pembaca/pembaca menulis.
Umpan
balik merupakan bahan yang direfleksikan kepada sumber/komunikan stelah
dipertimbangkan dalam waktu tertentu sebelum dikirimkan. Jadi, komunikan
memberikan reaksi kepada komunikator dalam jangka waktu tertentu dan tidak
langsung seperti dalam komunikasi tatap muka. Bahkan bisa dikatakan, umpan
balik tidak langsung merupakan ciri asli yang dimiliki komunikasi massa.
a.
Gangguan
Saluran
Gangguan
dalam saluran komunikasi massa biasanya selalu ada. Di dalam media gangguan
berupa sesuatu hal, seperti kesalahan cetak, kata yang hilang, atau paragraf
yang dihilangkan dari surat kabar. Gangguan juga bisa disebabkan oleh faktor
luar. Misalnya, sepanjang menonton acara televisi atau membaca koran ada dua
pasang anak-anak yang sedang berkelahi. Instrupsi orang lain ketika kita
membaca majalah juga termasuk gangguan.
Salah
satu solusi untuk mengatasi adanya gangguan terhadap saluran (misalnya) adalah
pengulangan cara yang disajikan. Cara lain untuk mengatasi gangguan adalah
dengan mempertajam saluran komunikasi massa. Misalnya, menghindari munculnya
gangguan gelombang pada radio dengan meningkatkan kulitas teknologi yang
digunakannya, memperpanjang daya hidup baterai, mengoreksi secara detail
kesalahan cetak paragraf pada surat kabar sebelum dicetak atau membersihkan
kotoran pada layar televisi.
b.
Gangguan
Semantik
Semantik
bisa diartikan sebagai ilmu bahasa yang mempelajari tentang tata kalimat. Oleh karena
itu, gangguan semantik berarti gangguan yang berhubungan dengan bahasa. Gangguan
semantik lebih rumit, kompleks, dan sering kali muncul. Bisa dikatakan,
gangguan semantik adalah gangguan dalam proses komunikasi yang diakibatkan oleh
pengirim atau penerima pesan itu sendiri.
Di
dalam komunikasi antarpersona, kita telah mengetahui gangguan semantik seperti
kendala bahasa, perbedaan pendidikan, status sosial ekonomi, tempat tinggal,
jabatan, umur, pengalaman, dan minat. Hambatan semantik dalam komunikasi massa
berbeda, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari hambatan yang terjadi
pada komunikasi antar pesona.
Istilah
gatekeeper ini pertama kali
dikenalkan oleh Kurt Lewin dalam bukunya Human
Relations (1947), seorang ahli psikologi dari Australia pada tahun 1947. Kata
tersebut merupakan sebuah istilah yang berasal dari lapangan sosiologi, tetapi
kemudian digunakan dalam lapangan penelitian komunikasi massa.
Di
dalam komunikasi massa dengan salah satu elemennya adalah informasi, mereka
yang bertugas untuk memengaruhi informasi itu (dalam media massa) bisa disebut
dengan gatekeeper. Hal itu juga bisa
dikatakan, gatekeeper lah yang
memberi izin bagi tersebarnya sebuah berita.
Secara
umum, peran gatekeeper sering
dihubungkan dengan berita, khususnya surat kabar. Editor sering melaksanakan
fungsi sebagai gatekeeper ini. Mereka
menentukan apa yang dibutuhkan khalayak atau sedikitnya menyediakan bahan
bacaan untuk pembacanya. Seorang gatekeeper
bisa juga seorang produser film yang mengedit gambar dari gambar aslinya,
menyensor, dan sekaligus mana bagian yang tidak sesuai.
Yang
dimaksud pengatur dalam media massa adalah mereka yang secara tidak langsung
ikut memengaruhi proses aliran pesan media massa. Pengatur ini tidak berasal
dari dalam media tersebut, tetapi diluar media. Namun demikian, meskipun diluar
media massa, kelompok itu bisa ikut menentukan kebijakan redaksional. Pengatur tersebut
antar lain pengadilan, pemerintah, konsumen, organisasi professional, dan
sekelompok penekan, termasuk narasumber, dan pengiklanan. Semua itu berfungsi
sebagai pengatur.
Pengatur
bukanlah gatekeeper. Wilayah gatekeeper di dalam memengaruhi secara
langsung kebijakan media. Sementara itu, pengatur itu di luar media biasanya
masyarakat atau pemerintah, tetapi secara tidak langsung ikut memengaruhi
kebijakan media.
Filter
adalah kerangka pikir melalui mana audience
menerima pesan. Filter ibarat sebuah bingkai kacamat tempat audience bisa melihat dunia. Hal ini
berarti dunia riil yang diterima dalam memori sangat tergantung dari bingkai
tersebut. Ada beberapa filter, antara lain fisik, psikologi, budaya, dan yang
berkaitan dengan informasi.
Filter
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
- Filter psikologi,
- Filter fisik,
- Filter budaya (warisan budaya, pendidikan, pengalaman kerja, sejarah politik.
Semua
filter tersebut akan memengaruhi kuantitas atau kualitas pesan yang diterima
dan respons yang dihasilkan. Sementara itu, audience
memiliki perbedaan filter satu sama lain (Hiebert, Ungurait, dan Bohn 1985).
REFERENSI/DAFTAR
PUSTAKA:
Nurudin.
2015. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta. Rajawali Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar